Beberapa Hal Tentang Pelaksanaan Qurban

Baliho3Beberapa anggapan keliru tentang Qurban:

  1. 1.       Berqurban cukup sekali seumur hidup.

Masyarakat beranggapan bahwa qurban adalah ibadah yang hanya cukup dilakukan sekali seumur hidup. Jika sudah pernah berqurban maka tidak perlu lagi berqurban. Anggapan ini keliru karena Nabi menegaskan bahwa qurban adalah ibadah yang sangat dianjurkan. Beliau SAW bahkan menegaskan “Barangsiapa yang tidak berqurban padahal memiliki kemampuan, maka janganlah mendekati tempat shalat kami.” Nabipun berqurban setiap tahun.

  1. 2.       Pequrban harus melihat Hewan Qurbannya

Banyak masyarakat berkeyakinan bahwa pahala qurbannya akan lebih banyak jika si pequrban dapat menyaksikan langsung penyembelihan hewan qurbannya. Pequrban merasa lebih afdhol. Padahal keyakinan tersebut tidak berdasar. Setiap amal ibadah itu bergantung pada niatnya. Jika pequrban sudah mengamanahkan hewan qurbannya kepada panitia qurban, meskipun tidak melihat langsung penyembelihannya, insyaallah pahala itu sampai dan ganjarannya sebagaimana apa yang telah diniatkan.

  1. 3.       Berqurban harus di Masjid/ Mushalla

Sebagian masyarakat berkeyakinan bahwa qurban itu sebaiknya dilaksanakan di masjid. Hal ini juga tidak ada asal usulnya. Pelaksanaan qurban dapat dilakukan dimana saja, tidak harus di masjid. Yang terpenting adalah distribusi daging qurban dapat dinikmati oleh mereka yang berhak menerimanya. Sangat memungkinkan, jika dilakukan di halaman masjid, akan mengotori dan meninggalkan bau tak sedap disekitar masjid yang dapat mengganggu kenikmatan ibadah sholat para jamaah.

  1. 4.       Harus Orang Kaya

Pemahaman ini juga tidak benar. Sama seperti zakat, qurbanpun ada nishobnya. Bagaimana nishob untuk qurban? Yaitu kalau seseorang itu punya harta, kemudian cukup untuk makan, minum, berteduh, berpakaian, selama empat hari mulai dari tanggal 10 dzulhijjah (pada hari raya Idul Adha) hingga hari-hari tasyrik, lalu masih ada sisanya minimal seharga satu ekor domba, maka jatuh kepadanya untuk sunnah menyembelih hewan kurban.

Memang ini kembali kepada keyakinan masing-masing individu, apakah ia merasa sudah cukup berqurban atau memang justeru termasuk yang berhak menerima daging qurban. Kalau Allah dulu menguji Nabi Ibrahim dengan pertaruhan anaknya, kepada kita saat ini Allah menguji apakah kita lebih sayang kepada harta kita atau lebih mencintai Allah? Padahal tidak ada sedekah yang lebih baik pada hari Raya Agung (Idul Adha) daripada menyembelih hewan qurban dan menyedekahkan dagingnya. Pastinya Allah akan mengganti harta yang kita gunakan untuk berqurban itu dengan ganti yang jauh lebih baik dan sempurna. Yakinkah kita?

  1. 5.       Semakin banyak Hewan Qurban Semakin Sukses Kepanitiaan

Ada anggapan pada sebagian pengurus masjid/ kepanitiaan qurban masjid, bahwa semakin banyak hewan qurban terkumpul, semakin sukses juga kepanitiaan atau pelaksanaan qurbannya. Penilaian ini tentu tidak benar juga. Ukuran kesuksesan sebuah kepanitiaan qurban bukan semata-mata banyaknya pequrban yang menyetorkan uang qurban/ hewan qurbannya ke panitia/ ke masjid. Kesuksesan panitia qurban seharusnya banyak ukurannya.

Kesuksesan pertama, Panitia qurban adalah jika mampu mengedukasi masyarakat tentang kedudukan qurban dari segi agama dan sosial. Masyarakat menjadi paham secara utuh apa dan bagaimana ibadah qurban itu. Keberhasilan kedua, adalah jika kepanitiaan qurban dapat melaksanakan pengadaan hewan qurban dan  penyembelihan secara benar dan efektif efisien. Yang ketiga, kepanitiaan dikatakan sukses jika distribusi daging qurban sesuai dengan target sasaran yang prioritas membutuhkan. Jadi bukan azas pemerataan yang didahulukan. Dan yang keempat, sukses menjaga kepercayaan dari mudhohi (pequrban).

Setidaknya empat sukses itulah yang seharusnya menjadi target pencapaian panitia qurban. Jadi bukan berlomba-lomba antar masjid/ musholla untuk mendapatkan hewan qurban sebanyak-banyaknya.

 

Hal-Hal yang sering diabaikan Panitia Qurban:

Panitia Qurban, baik itu di masjid, mushalla, sekolah, institusi pemerintahan maupun perusahaan-perusahaan pada dasarnya adalah orang, kelompok atau lembaga yang diberikan amanah oleh si pequrban untuk melaksanakan prosesi qurban. Prosesi qurban itu dimulai dari akad dengan pequrban, pemilihan hewan qurban, penyembelihan sampai distribusi daging qurban. Jadi kalau dilihat prosesnya, pelaksanaan qurban ini tidak sederhana dan membutuhkan pemahaman serta keahlian dalam mengelolanya.

Sayangnya, banyak orang yang mengabaikan tuntunan yang baik dalam pelaksanaan qurban tersebut. Pengabaian terhadap hal-hal tersebut setidaknya dapat berdampak pada 2 hal. Pertama, qurban yang dilaksanakan bisa tidak sah sebagaimana ketentuan syariat. Kedua, tidak tercapainya tujuan qurban secara sosial, yaitu nilai kemanfaatan yang maksimal bagi masyarakat fakir miskin yang paling berhak mendapatkan. Berikut adalah beberapa hal yang sering diabaikan panitia qurban:

  1. 1.       Tidak memiliki pemahaman Syar’I yang memadai

Poin pertama ini berkaitan dengan 3 hal; akad menerima amanah dari si pequrban, pengadaan hewan qurban sesuai syariat, dan proses penyembelihannya. Panitia qurban harus menjalankan mekanisme akad secara jelas dengan pequrban. Tidak rumit, tetapi harus ada kejelasan maksud dan keinginan dari pequrban termasuk biaya qurban atau biaya lain yang mungkin ada. Bagi panitia harus jelas siapakah panitia yang dimaksud? Siapa yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan qurban?

Selanjutnya, panitia harus mengerti bagaimana memilih hewan qurban yang paling baik sesuai kesepakatan dengan pequrban. Panitia juga harus siap bertanggung jawab hewan tersebut sehat dan kondisi baik sampai tiba penyembelihan. Artinya jika sesuatu terjadi pada hewan qurban dan mengakibatkan hewan tersebut mati, maka panitia harus siap mengganti dengan spesifikasi hewan qurban yang sama.

Panitia qurban tidak boleh mengabaikan ketentuan syariat pada saat penyembelihan. Misalnya tidak lupa menajamkan pisau atau golok, memperlakukan dengan baik hewan qurban, dan membaca basmalah. Lupa membaca basmalah atau menyebut nama Allah saat menyembelih, berakibat fatal. Daging qurban menjadi tidak halal dan akhirnya mubazir.

  1. 2.       Tidak melakukan kontrol lapangan saat melakukan penyembelihan
  2. 3.       Meminta upah dari bagian hewan qurban

Sebagian orang yang bertindak sebagai panitia qurban mengharapkan atau secara terang-terangan meminta bayaran/ upah dari bagian hewan qurban seperti kulitnya, kepala atau kaki. Hal ini harus dihindari karena Rasul melarang mengupah petugas jagal/ panitia qurban dengan bagian tertentu dari hewan qurban. Upah panitia atau petugas jagal seharusnya sudah dibicarakan sejak awal dan ada kesepakatan. Mekanismenya bisa dengan; pequrban memberi lebih dari uang pengadaan hewan sebagai upah panitia. Atau, panitia menjelaskan bahwa sekian rupiah dari harga penawaran hewan qurban digunakan untuk operasional panitia. Hal tersebut lebih menjamin kesesuaian syariat dan keikhlasan dari masing-masing pihak.

  1. 4.       Kurang mempersiapkan distribusi daging qurban

Kebanyakan panitia qurban, tidak mempersiapkan lokasi distribusi atau orang-orang yang berhak menerima daging qurban. Sehingga, panitia qurban mengambil mudahnya saja. Qurban dilaksanakan di masjid, musholla atau institusi kemudian daging qurban dibagi-bagikan secara merata ke rumah-rumah dilingkungan sekitar tempat pelaksanaan. Jika ternyata jumlah pequrban banyak dan hewan qurban melimpah, panitia pada akhirnya akan kesulitan untuk melaksanakannya, kontrol, maupun pendistribusiannya.

Panitia yang mulai kewalahan ini akhirnya sekedar membagikan kepada warga bahkan setiap orang yang lewatpun dibagikan daging qurban. Satu keluarga bisa mendapatkan 3-5 kg daging. Sementara itu ironisnya di daerah yang agak pelosok bahkan sangat pelosok, dimana sedikit sekali pequrban atau tidak ada sama sekali hewan qurban disana, tidak dapat bergembira dengan menikmati daging qurban yang mungkin bagi mereka hanya dapat dirasakan setahun sekali.

Alangkah baiknya jika jauh hari, panitia telah menetapkan berapa banyak KK yang akan menjadi target Distribusi. Misalkan, ada 300 KK dilingkungan sekitar masjid A yang akan menjadi target distribusi daging. Lalu setiap satu ekor sapi, akan bisa menjadi 50 kantong daging seberat 1 kg. maka kebutuhan riil untuk 300 KK adalah 6 sampai 7 sapi saja. Jika dimasjid A tersebut telah terkumpul 70 pequrban/ 10 sapi, maka sebenarnya di Masjid A tersebut telah kelebihan Hewan Qurban sebanyak 3 ekor sapi. Kelebihan itulah yang sebaiknya dikerjasamakan dengan lembaga-lembaga kemanusiaan/ amil zakat untuk diamanahkan pengelolaannya.

  1. 5.       Tidak menyiapkan dokumen Laporan untuk pequrban

Tidak sedikit panitia qurban yang beranggapan bahwa ketika hewan qurban telah disembelih dan daging qurban selesai dibagikan, selesai juga tugasnya sebagai panitia. Mereka lupa bahwa kegiatan yang dilakukan itu harus dibuat pertanggungjawabannya kepada masing-masing pequrban. Biasanya bentuk pertanggungjawaban qurban berupa foto dokumentasi (hewan hidup, saat disembelih dan distribusi kepada penerima manfaat) dan berita acara pelaksanaan qurban.

Yang banyak terjadi adalah panitia qurban tidak menyiapkan hal-hal tersebut dan cukup sekedar memberikan pengumuman serta ucapan terimakasih melalui masjid/ mushalla. Meskipun tampak sederhana, namun hal-hal tersebut harus dipersiapkan dan dalam era modern, ini merupakan bagian dari azas profesionalisme dan akuntabilitas sebagai pihak yang diberi amanah.

Demikianlah beberapa catatan penting yang sering terlupakan dalam pengelolaan qurban di masyarakat kita. Mudah-mudahan beberapa catatan diatas dapat memberikan penyempurnaan bekal bagi panitia qurban dimanapun berada yang sebantar lagi akan bertugas.

Oleh: Fatih Abdul Aziez, S.Sos

Kepala Cabang PKPU Padang

Mak Yati, pemulung yang berkurban itu kini sukses bertani jagung

 

Reporter : Muhammad Sholeh

Sumber  : http://www.Merdeka.com

mak yati

Anda tentu masih ingat dengan Mak Yati. Dia pemulung di Jakarta yang memilih pulang kampung untuk menghabiskan masa tua dengan berkebun jagung. Dia mendapat hadiah rumah dari kementerian sosial RI karena hidupnya menginspirasi banyak orang. Mak Yati berkurban pada saat Idul Adha 2012 lalu, meski pekerjaannya hanya sebagai pemulung.

“Kami bersyukur, bahwa Mak Yati tidak hanya memutuskan pulang kampung dan mendapatkan program bedah rumah dari Kementerian Sosial (Kemensos), tapi juga sukses dengan kebun jagung,” ujar Menteri Sosial Salim Segaf Al-Jufri saat inspeksi mendadak (sidak) di Pasuruan, Jawa Timur, Minggu (25/8).
Sosok Mak Yati bisa menjadi inspirasi kita semua untuk berani memutuskan, bahwa perubahan dan keinginan yang kuat agar lepas dari kemiskinan itu kunci dari kesuksesan hidup.

Nama Mak Yati menjadi perhatian setelah ikhlas berkurban dua kambing di Hari Raya Idul Adha pada 2012 lalu. Padahal, Mak Yati bukan orang punya, tapi hanya seorang pemulung.

Untuk bisa berkurban, Mak Yati bersama suaminya Maman rela menyisihkan uang selama tiga tahun. Hal ini akhirnya memicu rasa kagum warga dengan apa yang dilakukan oleh pasangan pemulung tersebut.
Kedua hewan kurban itu diberikan kepada panitia kurban di Masjid Al-Ijtihad, Tebet, Jakarta Selatan. Alasan mereka berkurban cukup sederhana, yaitu ingin memberikan daging kurban karena setelah hidup di Jakarta selama 47 tahun selalu mendapat pemberian daging kurban.

Menurut Mensos, potret masalah sosial merata terjadi di berbagai pelosok di negeri ini. Masih sering kita mendapatkan persoalan tersebut sesuai tipologi wilayahnya, semisal keterlantaran, kemiskinan, ketunaan, kebencanaan maupun keterpencilan. “Sebagian masalah sosial itu mampu diselesaikan, walaupun belum seluruhnya sesuai catatan statistik,” kata dia.

Tidak heran, dalam penyelesaian masalah sosial perlu cara baru yang mudah, menyentuh dan jelas ada hasilnya. Salah satu cara dengan memberi bantuan langsung kepada masyarakat. Kemarin, Mensos memberikan dana penguat bagi lembaga kesejahteraan sosial dan bagi warga penyandang masalah sosial. Dana ini sebagai stimulan bagi pemda agar memberikan porsi anggaran bagi mengatasi masalah sosial.

Adapun bantuan diberikan bagi 10 Panti Asuhan di Kabupaten Pasuruan, berupa: bantuan perlengkapan sekolah dan alat tidur, total Rp 40.800.000; bantuan perlengkapan sekolah bagi 60 anak di Panti Sosial Asuhan Anak Sabilillah, Kalirejo – Gondangwetan, total Rp 15.000.000; bantuan perlengkapan sekolah dan kebutuhan alat tidur bagi 50 anak di Panti Asuhan Hidayatul Mubtadi’ien, Bangil, total Rp 30.500.000

Selain itu, bantuan perlengkapan sekolah dan alat tidur bagi 38 anak melalui LKSA Al Maimanah, total Rp 24.130.000; bantuan perlengkapan sekolah dan kebutuhan alat tidur bagi 22 anak melalui Lembaga Penyantunan Yatim Piatu Al Ikhlas, total Rp 18.050.000; bantuan perlengkapan sekolah dan kebutuhan sehari-hari di Panti Asuhan Hidayatul Mubtadiin bagi 50 anak, Wonorejo, total Rp 28.400.000

Juga, bantuan perlengkapan sekolah dan kebutuhan alat tidur bagi 50 anak di Panti Asuhan Al Ikhlas, total Rp 27.500.000; bantuan perlengkapan sekolah dan kebutuhan alat tidur bagi 40 anak di Panti Asuhan Al Mustain, Purwosari, total Rp 28.650.000; bantuan perlengkapan sekolah dan alat tidur untuk 40 anak di Panti Asuhan Anak Al-Mubarok – Rembang, total Rp 19.200.000; bantuan perlengkapan sekolah dan alat tidur di Panti Asuhan Al Amien bagi 60 anak, total Rp 29.400.000.

 

TIPS MENGHITUNG BERAT TERNAK

timbangan-sapi

Posted by anggarifan on August 23, 2013

Idul qurban memang masih sekitar 2-3 bulan lagi, tapi tidak salah jika kita mempersiapkannya dari sekarang…termasuk mengetahui cara memprediksi berat daging sapi, Berikut tips menghitung berat ternak :

DARI http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2011/03/21/tips-cepat-menghitung-berat-ternak-350212.html

 

Pada ternak besar untuk menghitung bobot kerbau atau sapi tentu sulit bukan? Kalau unggas cukup diikat kakinya lalu ditimbang beres, bukan?

Kalau di perusahaan besar, bobot sapi dan kerbau biasa ditimbang dengan timbangan ternak.  Timbangan ternak cukup berat dan harganya pun mahal.  Di pasar hewan, timbangan ternak ini tak dijumpai.  Jual beli sapi, kerbau dan domba lebih banyak dengan cara “beuli bogoh” sehingga berat ternak acapkali diabaikan.

Namun ternyata cukup dengan seutas tali, bobot ternak, berikut karkas (potongan daging tulang) dan bahkan dagingnya bisa ditentukan.

Bila dicermati, penampang tubuh kerbau, sapi dan domba menyerupai bentuk geometris berupa tabung. Untuk mencari volume tabung harus diketahui luas alas dan tinggi. Dalam hal ini, lingkar dada hewan dapat diasumsikan sebagai luas alas bangun lingkaran dan panjang badan sebagai tinggi.

Lingkar dada diperoleh dengan melingkarkan seutas tali di belakang gumba melalui belakang belikat. Sementara panjang badan diukur dari bahu hingga penonjolan tulang duduk. Dengan memperhatikan volume organ kepala, kaki, ekor, dan massa jenis daging atau jeroan bakal diperoleh pendekatan untuk memperoleh berat hewan sebenarnya.

Melalui berbagai percobaan, para ahli akhirnya menemukan rumus untuk menghitung bobot ternak.  Sebut saja, Schoorl menemukan rumus untuk mengetahui berat badan dengan cukup mengetahui satu komponen, yakni lingkar dada. Rumus itu dinamai namanya sendiri rumus Schoorl yaitu Bobot Badan (kg) = {lingkar dada (cm) + 22} dikuadratkan dibagi 100.

Sementara Scheiffer mengadopsi rumus tabung dengan menampilkan formula, yakni Bobot Badan (lubels) = {lingkar dada (inchi) kuadrat x panjang badan} (inchi) dibagi 300. Rumus ini disesuaikan oleh Lambourne dengan mengonversi ke dalam satuan yang cocok dengan kehidupan masyarakat kita, yakni Bobot Badan (kg) = {lingkar dada (cm) kuadrat x panjang badan (cm)} dibagi 10840.

Sejumlah peneliti mencoba membuktikan keakuratan rumus-rumus itu diuji-cobakan terhadap beberapa kelompok sapi antara bobot taksir dan bobot timbangan. Hasilnya rumus Scheiffer dan Lambourne lebih mendekati berat real sapi sebenarnya dengan tingkat kesalahan di bawah 10 persen. Sedangkan rumus Schoorl tingkat kesalahannya mencapai 22,3 persen.

Perbedaan perhitungan berat pada mahluk hidup adalah wajar, karena bobot hewan sangat dipengaruhi situasi dan kondisi lingkungan, yakni gelisah (stress), habis makan, banyak minum atau baru buang feses. Hewan yang ditimbang sekalipun, akibat buruk perlakuan dan pengangkutan dapat menyebabkan susut tubuh 5-10%.

Dengan memperoleh angka taksiran bobot hidup, maka persentase karkas dan daging dapat segera diketahui. Karkas sapi berkisar 47-57 persen dari bobot hidupnya dan daging 75 persen dari karkas. Karkas adalah potongan daging tulang tanpa kepala, kaki, kulit dan jeroan. Untuk domba persentase karkasnya sekitar 45 persen dan dagingnya 75 persen dari karkas.

Kalkulasi ini sangat penting, bagi hewan kurban   dapat memperkirakan jumlah daging dibandingkan jumlah mustahik (penerima daging kurban).  Atau bagi pedagang  juga dapat dijadikan perbandingan harga apakah hewan yang dibeli terlalu mahal atau tidak dibanding harga pasaran.  Hee…

Oh, ya ….Satu lagi penting kemampuan menaksir amat penting yaitu umur ternak.  Umur ini amat penting untuk mendapatkan daging yang renyah dan marbling baik.  Atau penting juga sebagai syarat sah untuk ritual akekah dan  kurban.   Jangan kita sampai terkecoh, membeli sapi tua pasti dagingnya bakal alot dan liat.

Umur ternak dapat diketahui berdasarkan susunan gigi geliginya. Mintalah si penjual memperlihatkan susunan gigi seri (berada di rahang bawah). Bila gigi seri dewasa telah tumbuh (tampak besar dan kuat seperti kapak, gigi susu kecil-kecil seperti sisir jagung muda), maka hewan dipandang dewasa/cukup umur (musinnah). Pada domba dan kambing perubahan ini terjadi pada umur 1-1,5 tahun dan sapi 2-2,5 tahun.  Hewan tua ditandai pergesekan gigi dan keausan gigi dewasa akibat pemakaian yang terlampau lama.***

 

Berbagi Kebahagiaan melalui Tabung Peduli

DSC08977 DSC08982 DSC08985Bulan Ramadhan merupakan bulan yang tepat untuk meningkatkan ibadah kita. Bagaimana tidak, amalan di bulan ini Allah gandakan berlipat kali jumlahnya.

Mengawali bulan Ramadhan yang pernuh berkah ini, PKPU bekerja sama dengan pesantren-pesantren masjid di kota Padang untuk menggalang dana Belanja Bareng Yatim melalui tabung peduli. Tabung Peduli ini disebarkan kepada seluruh siswa peserta pesantren, dari SD hingga SMA. Diharapkan melalui tabung peduli ini, siswa-siswa pesantren Ramadhan dapat memiliki semangat berbagi dan peduli pada sahabatnya yang yatim.

Program Belanja Bareng Yatim sendiri merupakan program rutin PKPU yang diadakan di bulan Ramadhan. Dalam program ini, anak-anak yatim yang kurang mampu diajak untuk berbelanja barang-barang yang dibutuhkan seperti kebutuhan sekolah dan paket lebaran. Anak-anak dapat memilih sendiri barang-barang sesuai kebutuhannya sehingga dapat merasakan kebahagiaan yang sama dengan sahabatnya yang lain.

Adapun masjid yang telah bekerjasama dengan PKPU dalam menggalang dana Belanja Bareng Yatim melalui tabung peduli antara lain Masjid Muhajirin Komplek Papcy Kuranji, Masjid Nur El Hidayah Seberang Padang, Masjid Ahlussunnah Yayasan Perti, Masjid M.Nur Andalas, dan Masjid Al Amin Komplek Palimo Indah.  Selain majsid-masjid tersebut, PKPU Padang juga telah bekerja sama dengan rekanan kampus dan sekolah dalam menyebarkan tabung peduli yang akan dialokasikan untuk program-program pendidikan  antara lain FKI Rabbani Universitas Andalas, Asrama Mahasiswa Universitas Andalas, Yayasan Adzkia, dan sekolah-sekolah di kota Padang.

Bulan Yang Sibuk

DSC08906                Setiap menjelang dan memasuki bulan Ramadhan, kaum muslimin memiliki kesibukan luar biasa. Baik individu, keluarga, kelompok masyarakat dan akhirnya sampai negara memiliki aktivitas khusus dan khas berkaitan dengan Ramadhan. Kesibukan yang kita sudah semakin hafal karena ia datangnya nyaris persis berulang setiap tahun. Ya, Ramadhan adalah bulan yang sibuk di setiap tahunnya.

Kesibukan di bulan Ramadhan ini telah kita hafal betul karakternya, jelas pula kronologisnya. Mulai dari tarhib Ramadhan (semarak menyambut Ramadhan), Tarawih berjamaah, buka puasa bersama, tadarus Al Quran, menunaikan zakat fitrah dan zakat harta, memperbanyak infaq sedekah, menyiapkan perlengkapan ibadah dan menyambut Hari Raya.

Kalau boleh kita pilah kesibukan-kesibukan saat Ramadhan itu menjadi tiga jenis kesibukan. Pertama, jenis kesibukan dalam hal ibadah. Jenis kesibukan ini adalah kesibukan yang direncanakan dan dilaksanakan memang demi dan untuk ibadah semata. Itu karena Ramadhan, sesungguhnya adalah memang bulan ibadah. Dan untuk itu, sampai-sampai Allah swt menjanjikan pahala dan ganjaran berkali-kali lipat. Maka, menjadi jamak ketika memasuki dan selama bulan Ramadhan banyak kaum muslimin termotivasi dan semakin giat beribadah. Sholat berjamaah tepat waktu, puasa, tadarus Al Quran, qiyamullail, infaq sedekah, mengkaji ilmu-ilmu agama dan lain sebagainya. Apakah tradisi selama bulan Ramadhan ini berlanjut di bulan lainnya? Kebanyakan tidak. Hanya sebagian kecil orang meneruskannya.

Kedua, jenis kesibukan yang hadir karena momentum. Kesibukan jenis ini bukan kesibukan ibadah tetapi ada hubungannya dengan ibadah meski sedikit saja. Kesibukan seorang ibu rumah tangga mempersiapkan aneka hidangan berbuka puasa adalah contohnya. Kesibukan jenis ini hanya ada di bulan Ramadhan. Kesibukan ini dibulan-bulan lain akan sulit ditemukan.

Kesibukan ini bisa bernuansa ibadah, bisa juga tidak. Ia tidak termasuk jurusan ibadah karena hakekatnya aktifitas ini hanyalah pendukung saja. Apalagi jika yang namanya kegiatan pendukung ini justru menghabiskan banyak waktu dan konsentrasi. Sehingga peluang melakukan amalan ibadah yang lebih nyata justru berpotensi terabaikan. Ia bisa bernilai ibadah karena ada unsur pelayanannya, ada unsur sedekahnya.

Ketiga, kesibukan yang bukan dalam rangka ibadah , bukan pula pendukung atau bernuansa ibadah. Kesibukan jenis ketiga ini adalah kesibukan penggembira. Kesibukan penggembira, adalah kesibukan yang mengambil manfaat dari datangnya momentum Ramadhan tetapi tidak ada kaitannya sama sekali dengan Ibadah dan Ramadhan. Kesibukan ini merupakan ekspresi dari sikap-sikap oportunis lantaran adanya momentum Ramadhan yang boleh jadi bisa mendatangkan manfaat ekonomis.

Maka dilayar televisi, kita sudah hafal betul selama Ramadhan nyaris seluruh stasiun telvisi tayang 24 jam non stop. Acara bertemakan Ramadhan digeber habis-habisan. Muncullah program acara yang menemani kita saat sahur, setelah subuh, agak siang diisi dengan acara kuliner, dan sore kembali diramaikan dengan acara ringan menjelang berbuka. Apakah program acara tersebut berorientasi ibadah? Sebagian kecil iya, sisanya cuma berisi lawak banyolan tanpa makna, kuliner menu berbuka puasa, wisata jalan-jalan dan promosi produk. Program acara seperti ini disuguhkan cuma demi ekonomi, karena momentum Ramadhan adalah saatnya manusia justru menjadi begitu beringas dalam soal konsumsi. Pola konsumsi masyarakat sudah sangat dihafal oleh para produsen sehingga momen Ramadhan adalah momen yang tak boleh dilewatkan untuk mendongkrak pendapatan.

Maka menjadi masuk akal para produsen menggenjot belanja iklan untuk mempromosikan produk-produk mereka. Mulai dari sirup, pakaian, sarung, kecap, mie instan, biskuit, sandal sepatu, asesoris, sampai kendaraan bermotor. Produsen makanan menjadi pihak yang paling ‘berkepentingan’ menghadapi bulan Ramadhan.

Menjadi jelaslah bagi kita, bahwa gempuran iklan selama Ramadhan telah menjadi salah satu senjata paling ampuh yang menggiring perilaku konsumsi kita. Maka Ramadhan meski berjuluk bulan puasa, bisa menjadi bulan paling boros dalam konsumsi. Yang mestinya bulan penghematan, justru menjadi bulan dengan kenaikan harga-harga. Dan celakanya lagi, kita telah begitu mudah tergoda untuk mengkonsumsi, membeli aneka rupa demi sebuah pesta yang bernama Hari Raya. Urusan peningkatan ibadah telah pudar sejak pekan pertama Ramadhan. Yang bernama peningkatan spiritual telah beralih pada kegiatan seremonial, karena yang bermakna Hari Kemenangan itu telah lebih dulu terdegradasi maknanya menjadi pesta Hari Raya.

Sebuah pesta, apapun jenisnya tentu harus dirayakan dengan kelengkapan sebegitu rupa. Baju baru, sajadah baru, sarung dan mukena baru, makanan aneka macam, minuman aneka rasa, sampai pagar rumahpun dicat baru. Tanpa barang-barang baru itu rasanya kurang mantap disebut Hari Raya. Segala kebaruan itu barulah dianggap pantas sebagai simbol Hari Kemenangan.

Karena itu, logislah jika saat Ramadhan, masjid-masjid dan surau-surau hanya Ramai dipermulaan untuk selanjutnya kembali sepi. Apa yang menjadi keramaian itu telah berpindah ke penjuru swalayan dan pusat perbelanjaan. Kesibukan ibadah telah berpindah menjadi kesibukan Konsumsi.

Jadi, datangnya Ramadhan bagi sebagian orang, kelompok atau institusi, menjadi kesempatan atas datangnya kesibukan, tetapi bukan kesibukan ibadah. Kesibukan jenis ini lebih didasari karena motif ekonomi, politik, atau bahkan pencitraan. Kesibukan Politik? Ya, karena momen Ramadhan pastilah menjadi momen yang tepat untuk melakukan berbagai strategi Sosialisasi berbagai tokoh politik. Aneka pameran kedermawanan akan mudah kita tonton atau saksikan dianeka media cetak. Tokoh-tokoh ini, sama seperti kelompok masyarakat lainnya, saat Ramadhan menjadi pihak yang sibuk.

Hari ini sibuk pengambilan gambar untuk foto baliho, besok buka puasa dengan ratusan yatim, lusa dengan ibu-ibu PKK, esoknya lagi pemberian santunan di kampung kumuh, malamnya ngisi ‘sambutan’ sebagai ganti kultum tarawih, untuk kemudian esok paginya bagi-bagi sembako.

Hampir semua orang di bulan Ramadhan akan meningkat kesibukannya. Tapi sekarang kita sudah mengerti, ada jenis kesibukan yang memang untuk ibadah, ada juga peragaan kesibukan yang lain. Dan kesibukan yang lain itu realitanya seringkali lebih menyita perhatian sekaligus menguras anggaran. Tugas kita adalah fokus pada kesibukan jenis pertama sembari waspada dengan dua jenis kesibukan lainnya. Sederhana, mari sibuk dengan kesibukan jenis pertama.

 

Fatih Abdul Aziez,S.Sos

PKPU TURUN KE JALAN : “Jangan Tahan Saat Ramadhan”

Tanggal 08 July 2013

PADANG — Lembaga kemanusiaan dan amil zakat nasional, Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Cabang Padang bersama ratusan warga, Minggu (7/7) menggelar aksi turun ke jalan mengkampanyekan sambut Ramadhan 1434 H.

SAMBUT RAMADHAN

Aksi dengan tema “Jangan Ditahan Saat Ramadhan” tersebut, diisi dengan berbagai kegiatan seperti acara jalan sehat diikuti sekitar 400-an orang, pemeriksaan kesehatan gratis dan donor darah bersama PMI, serta ceramah tarhib Ramadhan disertai dengan pembagian beragam door prize kepada peserta.
Aksi kampanye Ramadhan PKPU Padang ini cukup menarik perhatian masyarakat yang ramai melakukan senam massal di GOR H Agus Salim Padang dan para pengguna jalan raya, karena temanya yang unik. Tema tersebut tersebut maksudnya agar tidak menahan diri melakukan kebaikan selama Ramadhan, seperti dalam pengeluarkan zakat, infak, sedekah, membantu fakir miskin dan menyantuni anak yatim.
Jalan sehat bertabur ragam hadiah seperti sepeda santai, televisi, kipas angin, handphone, setrika dan lainnya itu diawali dari GOR H Agus Salim Padang ke Jalan Raden Saleh, Pasar Pagi dan kembali memutar ke GOR melalui SMA 2 Padang.
Kepala Cabang PKPU Padang, Fatih Abdul Aziez mengungkapkan, Ramadhan adalah momentum yang tepat untuk berzakat, berinfak dan bersedekah. “Kita ditahan untuk tidak makan dan minum selama puasa, tetapi jangan sampai kita juga menahan diri dalam berbuat kebaikan yang dapat meningkatkan pahala puasa,” katanya dalam relis yang diterima Singgalang, kemarin.
PKPU Padang sebagai lembaga amil zakat yang sudah diakui secara nasional siap untuk menyalurkan zakat dan infak sedekah kaum muslimin kepada mereka yang membutuhkannya.
“Ramadhan saatnya yang tepat untuk menunjukan kepedulian kita kepada mereka dhuafa. Melalui zakat, infak dan sedekah, insya Allah mampu memberdayakan mereka sehingga merasakan kegembiraan sama menjalani Ramadhan dan Idul Fitri nantinya,” kata Fatih.
Dalam Ramadhan tahun ini, katanya, PKPU memiliki sejumlah program yang dapat diikuti oleh kaum muslimin seperti layanan konsultasi dan jemput zakat, program buka puasa dhuafa dan yatim, paket lebaran untuk dhuafa, belanja bareng yatim, sebar Al Quran ke nagari, benah mushalla dan lainnya. Masyarakat dapat ambil bagian dalam program kebaikan ini sehingga Ramadhan menjadi bulan peduli dan berbagi untuk sesama.
Sementara itu dalam ceramah tarhib Ramadhan oleh Ustad Sigit, menekankan sikap saling memaafkan dan silaturahim menyambut Ramadhan. Kemudian memperbanyak ibadah-ibadah sunnah selain wajib serta meninggalkan kebiasaan boros yang kadang terjadi di awal  Ramadhan.
Kemeriahan kampanye sambut Ramadhan ini kian terasa dalam sesi bagi-bagi doorprize. Peserta jalan santai bertahan hingga usai pukul 10.30 WIB.
Eri, warga yang mendapat hadiah televisi 14 inci, kontan gembira mengetahui nomor kuponnya dipanggil. Bapak yang bekerja sebagai buruh lepas ini dengan wajah ceria menenteng televisi itu dengan sepeda tuanya untuk dibawa pulang. (007)

Harta Yang Berkah

Islam mendorong umatnya untuk hidup mandiri dan kuat secara ekoonomi. Islam tidak melarang ummatnya menjadi kaya bahkan setiap muslim dianjurkan untuk terus berusaha sepanjang hidupnya.  Sebaliknya Islam tidak menghendaki ummatnya hidup miskin dan memiskinkan diri karena kemiskinan itu hampir saja mendekatkan kepada kekufuran.

Untuk menengahi antara kaya dan miskin tersebut Islam membuka hubungan harmonis antara kalangan mampu dengan kalangan miskin yang membutuhkan pertolongan. Yang kaya mengeluarkan kewajibannya untuk membantu yang tidak berpunya baik itu melalui bentuk zakat jika sudah terpenuhi nisabnya, sedekah, infaq dan bentuk lainnya yang dihalalkan oleh agama. Sedangkan yang miskin turut dituntut terus berusaha keras agar segera keluar dari kemiskinannya sehingga  ke depannya  menjadi pribadi yang mandiri serta mampu membantu menjadi penolong bagi orang yang lainnya.

Namun kaya yang dikehendaki oleh Islam bukan hanya sebatas pada seberapa banyak harta dan kekayaan dunia mampu dimiliki seseorang. Sehingga kekayaan materi tidak menjadi ukuran seseorang akan dijamin masuk surga kecuali atas dasar keimananya kapada Allah semata. Harta yang dimiliki harus jelas dari mana diperoleh dan kemana harta itu dipergunakan.  Harta mampu menjadi sarana mendekatkan seseorang kepada Allah dan sebaliknya juga dapat melupakan manusia dari jalan kebenaran karena terlalu cinta pada hartanya. Read the rest of this entry

Sekeping Kisah Perjalanan Program Tim DRM PKPU

Oleh: Rahma Damayanty *)
“Tidak soal jika saya harus ikut menggulung lengan baju dan berkeringat debu, demi terselesaikannya semua program di Wasior. Namun, jauh di lubuk hati saya, sungguh saya berharap ada peningkatan yang berarti dari sumber daya manusia di Wasior, putra-putri Papua!” (Dikutip dari perbincangan penulis dengan M Kaimuddin, Manager DRM PKPU)

Alhamdulillah. Sungguh bersyukur. Akhirnya perjalanan panjang program penanggulangan bencana PKPU di Papua dapat terselesaikan. Sebuah episode yang tak singkat, berawal dari bulan Oktober 2011 dan berujung di akhir Maret 2012. Sejak dari awal aksi segera setelah banjir bandang dan longsor menerjang Wasior hingga program pemulihan dan rehabilitasi sekarang ini.  Sebuah kerja yang tidak mudah.

PKPU dengan seluruh donatur yang dermawan setia mengawal program kemanusiaan di Wasior ini. Mulai dari bantuan logistik, dapur air, serambi nyaman, pembangunan rumah guru, pembuatan rumah baca, hingga ke pelatihan pembuatan abon. Dengan segala halang dan rintang, tak sedikit keluh dan kesah sepanjang prosesnya. Alhamdulillah. Rampung juga.

Tak dapat dipungkiri bahwa banyak hal-hal pelik menyertai pelaksanaan program ini. Jarak geografis, merupakan tantangan pertama. Mengunjungi Wasior dari Jakarta tentu tak semudah mengunjungi Bandung dari Ibukota. Demikian juga pengadaan alat, bahan dan material yang diperlukan untuk pelaksanaan program,butuh waktu cukup lama menunggu barang dikirim dari Manokwari ke Wasior.

Tantangan kedua, komunikasi. Baik komunikasi verbal via telepon, maupun pengiriman informasi via internet. Bahasa dengan dialek yang berbeda, sinyal yang lemah, dan perbedaan persepsi yang harus disikapi dengan bijak dan sabar.

Sumberdaya manusia yang lengkap dengan persepsi, budaya, dan kemauan yang berbeda-beda juga menjadi tantangan yang harus disinergikan. Bagaimana menyatukan banyak kepala yang sama hitam menjadi sekelompok orang dengan visi yang sama. Serta bahu membahu dengan misi yang telah disepakati sebelumnya.

Terminologi waktu, menjadi tantangan berikutnya. Mengutip istilah Pak Dahlan Iskan, Betapa relatifnya waktu. Bagi kita yang ada di Jakarta, waktu yang ada benar-benar harus dimanfaatkan seefektif dan seefisien mungkin. Namun, di Papua, pemaknaan akan waktu, mungkin berbeda.  Lambat ataupun cepat menjadi sangat relative. Tergantung siapa yang memaknai.

Tantangan-tantangan lainnya, tentu masih banyak. Mulai dari pesan yang tak sampai, listrik yang mati berhari-hari, air yang tak mengalir. Semua itu menjadikan perjalanan ini, menjadi begitu harus dimaknai dengan rasa syukur.  Harapan yang digantungkan, tidak rumit. Semoga apa yang telah dipersembahkan kepada saudara-saudara kita di Wasior bermanfaat dan memicu kesadaran yang lebih luas lagi. Bahwa mereka mampu mengoptimalkan potensi dan menjadi lebih berdaya karena itu. Karena itu, narasi ini kami panggil, “From Wasior with Love”.

*) Rahma Damayanty adalah staf DRM PKPU Pusat

Mencintai Milik Orang Lain Seperti Mencintai Miliknya Sendiri

Hadis ke 12

Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, pelayan Rasulullah Shallallahu  ‘alaihi wa Sallam, dari Nabi  Shalallahu ‘alaihi wasallam,  beliau bersabda: “Tidak  beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai milik saudaranya sesama  muslim  seperti ia mencintai miliknya sendiri”.   (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam  Shahih Bukhari ini digunakan kalimat “milik saudaranya” tanpa

kata yang menunjukkan keraguan. Para ulama berkata bahwa “tidak beriman” yang dimaksudkan dalam hadis ini ialah imannya tidak  sempurna karena bila tidak dimaksudkan demikian, maka berarti seseorang tidak  memiliki iman sama sekali bila tidak mempunyai sifat seperti itu. Maksud kalimat  “mencintai milik saudaranya” adalah mencintai hal-hal  kebajikan atau hal yang  mubah. Hal ini ditunjukkan oleh riwayat Nasa’i yang berbunyi :  “Sampai ia mencintai kebaikan untuk  saudaranya seperti mencintainya untuk  dirinya sendiri”.

Abu ‘Amr bin Shalah berkata : “ Perbuatan semacam ini terkadang dianggap sulit  sehingga tidak mungkin dilakukan seseorang. Padahal tidak demikian, karena yang  dimaksudkan ialah bahwa seseorang imannya tidak sempurna sampai ia mencintai  kebaikan untuk saudaranya sesama muslim  seperti mencintai kebaikan untuk dirinya  sendiri.  Hal tersebut dapat dilaksanakan dengan melakukan sesuatu hal yang baik bagi  diriya, misalnya tidak berdesak-desakkan di tempat ramai atau tidak mau mengurangi  kenikmatan yang menjadi milik orang lain. Hal-hal semacam itu sebenarnya gampang  dilakukan oleh orang yang berhati baik, tetapi sulit dilakukan orang yang berhati  jahat”. Semoga Allah memaafkan kami dan saudara kami semua.

Abu Zinad berkata : “Secara tersurat Hadits ini menyatakan hak persaman, tetapi  sebenarnya manusia itu punya sifat mengutamakan dirinya, karena sifat manusia suka  melebihkan dirinya. Jika seseorang memperlakukan orang lain seperti memperlakukan  dirinya sendiri, maka ia merasa dirinya berada di bawah orang yang diperlakukannya  demikian. Bukankah sesungguhnya manusia itu senang haknya dipenuhi dan tidak  dizhalimi?.  Sesungguhnya iman yang dikatakan paling sempurna ketika seseorang  berlaku zhalim kepada orang lain atau ada  hak orang lain pada dirinya, ia segera  menginsafi perbuatannya sekalipun hal itu berat dilakukan.

Diriwayatkan bahwa Fudhail bin ‘Iyadz, berkata kepada Sufyan bin ‘Uyainah : “Jika  anda menginginkan orang lain menjadi baik seperti anda, mengapa anda tidak  menasihati orang itu karena Allah. Bagaimana lagi kalau anda menginginkan orang itu  di bawah anda?” (tentunya anda tidak akan menasihatinya).

Sebagian ulama berpendapat : “Hadits ini mengandung makna bahwa seorang mukmin  dengan mukmin lainnya laksana satu tubuh. Oleh karena itu, ia harus mencintai  saudaranya sendiri sebagai tanda bahwa dua orang itu menyatu”.   Seperti tersebut pada Hadits lain :  “Orang-orang mukmin laksana satu tubuh, bila satu dari anggotanya sakit, maka  seluruh tubuh turut mengeluh kesakitan dengan merasa demam dan tidak  bisa tidur  malam hari”.

Hadis ini sangat relefan dengan kondisi masyarakat kita dewasa ini yang makin terancam sifat individualisme yang dibersumber dari ajaran kapitalisme. Kehidupan masyarakat yang sebelumnya sangat solid berubah menjadi egoisme. Mereka tidak lagi mementingkan orang lain dan hanya memperhatikan diri sendiri. Termasuk juga dalam kehidupan bermasyarakat, sebagian orang tidak lagi peduli dengan apa yang terjadi dengan tetangganya dan masyarakatnya. Seperti kenakalan remaja yang marah terjadi saat ini, tak ada yang mau peduli membina dan menasehati anak –anak tersebut saat berlaku salah karena menganggap itu bukan anak mereka sendiri. Demikian juga  jika tetangganya kemalangan hampir tidak lagi memiliki kepedulian membantu. Hal ini hendaknya menjadi perenungan bagi kita bahwa kecintaan kita terhadap saudara kita seiman merupakan bukti keimanan kita kepada Allah Yang Maha Kuasa.*

Dahsyatnya Sedekah

Sedekah adalah amalan yang sangat dasyat. Bagi orang yang gemar bersedekah sesuai dengan janji Allah pasti akan mendapatkan kebaikan dalam hidupnya. Mendapatkan kelimpahan rezeki baik dari apa yang ia usahakan maupun dari apa yang tidak ia duga-duga asalkan apa yang disedekahkannya tersebut dilandasi dengan niat yang ikhlas.

Sebagaimana dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, bahwa tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptakan gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian malaikat bertanya? “Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?“ Allah menjawab, “Ada, yaitu besi”. Sebagaimana yang kita tahu bahwa gunung batu pun bisa menjadi rata dengan tanah ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi.

Para malaikat pun kembali bertanya, “Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?” Allah yang Mahasuci menjawab, “Ada, yaitu api”. Di mana  besi, bahkan baja bisa menjadi cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api.  Kemudian bertanya kembali para malaikat, “Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api?“ Allah yang Mahaagung menjawab, “Ada, yaitu air”. Api membara sedahsyat apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air. Malaikat  kembali bertanya “Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?”. Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, “Ada, yaitu angin”. Air di samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat.

Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, “Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?” Allah yang Maha  Kuasa dan Maha  Perkasa kehebatan-Nya menjawab, “Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya.”

Hal ini menegaskan bahwa keikhlasan merupakan inti dari sedekah. Dimana sedekah diberikan dengan ikhlas tanpa ada maksud selain mencari keridhaan dari Allah Subhana wataa’la.  Orang itu tidak peduli apakah orang lain akan melihat atau tidak melihat ketika tangannya memasukan uang ke dalam kotak amal. Dia tidak mengharapkan apakah akan diberikan pujian atau penghormatan dari orang lain. Bahkan orang itu tidak takut dan merasa rendah hati dengan apa kata orang lain tentang berapa jumlah yang ia sedekahkan,  banyak atau sedikit dalam pandangan manusia. Yang dia harapkan hanyalah Allah  balasan dari Allah semata.

Rasulullah menegaskan bahwa orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang lain. Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi ikhlas.  Sebab sudah menjadi naluri dasar manusia sebenarnya selalu rindu akan pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Terkadang kita selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita ataupun segala apa yang bisa kita lakukan kepada orang lain. Apalagi kalau yang ada pada diri kita atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan. Karenanya, tidak usah heran, seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas adalah orang-orang yang mempunyai kekuatan dahsyat. Sungguh ia tidak akan kalah oleh aneka macam selera rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan.

Sedekah Cerdas

Banyak orang yang secara materil sudah cukup tapi merasa sempit dalam rezekinya atau merasa susah dalam kehidupannya. Tidak menemukan ketenangan dalam hati di tengah gemerlap harta yang dikuasai. Bahkan orang dengan jabatan tinggi sekalipun banyak yang merasakan kegelisahan mendalam. Mata sulit untuk dipejamkan. Musibah datang silih berganti menghabiskan kembali apa yang telah ia perolah dari penghasilannya.

Semua itu terjawan dengan Hadis Rasulullah SAW bahwa “Siapa ingin doanya terkabul atau dibebaskan dari kesulitan, hendaknya ia membantu mengatasi kesulitan orang lain (HR. Ahmad).

Semua kita sudah sama-sama memahami bahwa di dalam harta yang kita miliki terdapat  hak orang lain yang harus kita berikan apakah dalam bentuk zakat, infak, sedekah dan lainnya  baik diminta ataupun tidak diminta. Agar sedekah yang kita keluarkan itu berkah dan mendatangkan manfaat hendaknya diberikan kepada yang layak dan memang sangat membutuhkan seperti kepada anak-anak yatim,  fakir miskin, janda, dan lansia  dan selanjutnya. Jangan sampai memberikan sedekah seperti pepatah “Membuang  garam ke laut”. Tidak mendatangkan manfaat apapun baik kepada  yang memberi maupun kepada yang menerima.

Selain kita harus ikhlas dalam bersedekah juga harus cerdas.  Keikhlasan seseorang bersedekah hanya ia dan Allah yang mengetahuinya karena niat itu tertanam dalam hati. Setiap amalan juga akan tergantung kepada niatnya. Sebagaimana hadis rasullulah bahwa sesungguhnya setiap amalan itu tergantung kepada niatnya. Jika kita meniatkan sesuatu untuk mendapatkan pujian orang lain maka pujian itu akan datang kepadanya, jika seseorang beramal karena ingin mendapatkan dukungan maka hal itu akan diperolehkan, demikian juga jika seseorang berbuat kebaikan agar mendapatkan wanita untuk dinikahi maka wanitalah yang akan diperolehkan. Tetapi sesungguhnya orang itu rugi karena tidak mendapatkan pahala dari apa yang dia niatnya karena semua ia tujukan selain dari Allah.

Agar sedekah itu tepat sasaran ada kalanya dapat diberikan langsung kepada orang yang benar-benar diyakini sangat membutuhkannya. Biasanya orang yang mengalami keterbatasan fisik sehingga membuatnya tidak mampu mendapatkan penghasilan yang cukup maka ia layak mendapatkan prioritas daripada orang yang fisiknya sempurna. Orang yang terpaksa menerima sedekah orang lain karena ketidak mampuannya dalam berusaha, bukan orang yang kuat dan karena kemalasannya sehingga memilih menjadi peminta-minta. Sebagaimana sering kita temui di tengah masyarakat dengan menjumpai laki-laki atau wanita yang tanpa merasa malu menengadahkan tanganya  ke kaca-kaca kendaraan di jalan raya, terkadang mengetuk pintu-pintu rumah  mengharapkan belas kasihan. Padahal dengan fisik yang sehat diberikan  Allah kepadanya sudah  dapat menjadi kekuatan baginya mendapatkan rezeki lebih mulia.

Selain itu agar sedekah tepat diterima oleh yang berhak dan  mampu memberdayakan ada baiknya disalurkan melalui lembaga pengelola zakat, infak dan sedekah yang dipercaya. Umumnya lembaga amil zakat memiliki standar dan mekanisme yang jelas mengenai penyaluran kepada penerima yang diaudit setiap tahunnya.  Bahkan kita berhak mengetahui kemana saja sedekah itu telah disalurkan dengan tujuan bukan untuk  mencari riya dan mengabaikan keikhlasan namun untuk mengetahui kondisi sang penerima sehingga dapat memberikan bantuan lainnya jika masih diperlukan. Namun hal ini tidak menutup kesempatan kepada individual untuk ikut menyalurkan dengan tetap mengedepankan kebijaksanaan.

Prioritas

Seperti bunyi hadits di atas, ketika kita ingin membantu mengatasi kesulitan orang lain, tahukah kita siapa yang dimaksud orang lain itu? Siapa yang saat ini sedang mengalami kesulitan? mana yang lebih utama untuk diatasi terlebih dulu?

Pertama, anak-anak yatim. Mereka adalah hamba-hamba Allah yang senantiasa mengalami kesulitan selama mereka masih dalam usia berketergantungan dan belum memiliki kemampuan menghidupi diri sendiri. Mereka adalah titipan Allah kepada hamba lainnya yang mampu dan berkewajiban menafkahi anak-anak yatim.

Kedua, fakir miskin. Mereka kaum lemah yang memerlukan uluran tangan, dengan tujuan agar mereka mampu berdiri dan mandiri. Konsepnya harus memberdayakan bukan membuat mereka terus menerus meminta. Awalnya ia hanya sebagai penerima suatu hari akan meningkat menjadi tak lagi membutuhkan bantuan karena sanggup memenuhi kebutuhannya sendiri. Tak sampai di situ, harus terus mendapatkan bimbingan agar status mereka juga meningkat menjadi pemberi sedekah. Jika semua penerima sedekah kelak akan menjadi penyedekah, indah nian negeri ini. Karena itulah perlu peranan optimal lembaga amil zakat, infaq dan sedekah yang  memang sudah tugasnya melakukan hal ini.

Golongan ketiga yang berhak mendapatkan sedekah, yakni para janda dan lansia. Keduanya nyaris memiliki persoalan yang sama, yakni kehilangan sesuatu yang selama ini menjadi andalannya. Para janda yang kehilangan tulang punggung pencari nafkahnya, perlu mendapatkan bantuan agar ia terbebas dari kesulitan. Konsepnya juga memberdayakan agar kelak mampu menjadi orang yang mandiri dan bisa menghidupi keluarganya tanpa perlu lagi menunggu bantuan orang lain. Sedangkan para lansia, mereka telah pula kehilangan masa produktifnya. Tenaganya tak lagi seperti dulu untuk bisa mencari rizki sendiri.

Golongan lainnya, adalah mereka yang bukan anak yatim, bukan fakir miskin, bukan pula janda atau lansia, namun tetap membutuhkan bantuan karena tengah mengalami kesulitan seperti  orang-orang yang terlilit hutang dan orang-orang yang terkena musibah/bencana. Bencana alam kerap terjadi di negeri ini, dan setiap bencana menyisakan kepedihan mendalam bagi para korban. Tak hanya lantaran kehilangan anggota keluarga yang dicintai, tetap status semi permanen yang berubah dalam sekejap. Pengusaha berubah menjadi orang yang tak punya apa-apa, dermawan yang tiba-tiba harus mengemis meminta bantuan, serta orang-orang yang biasa berkecukupan seketika sangat berkekurangan, untuk mendapatkan makan pagi pun menunggu jatah. Sungguh sedekah itu sangat dasyat.* Disarikan Tim Redaksi Mitra Ummat